Permainan Musim Salju di Jepang
Musim salju di Jepang dimulai sekitar bulan Desember hingga Maret. Pada musim ini, suhu udara di Jepang turun drastis dan salju mulai turun di sebagian besar wilayah Jepang, kecuali di daerah yang terletak di bagian selatan seperti Okinawa.
Musim salju di Jepang adalah saat yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang karena banyaknya acara dan tradisi yang hanya ada di musim dingin, seperti perayaan Tahun Baru, memakan makanan khas musim dingin seperti nabe dan oden, serta bermain di taman.
Fenomena ini tentunya sangat berbeda dengan negara tropis seperti Indonesia. Namun, bagi anak-anak Jepang, salju bukanlah sesuatu yang menyebalkan, melainkan menjadi salah satu alat permainan yang sangat menyenangkan.
Yukigassen
Yukigassen (perang-perangan salju) adalah salah satu tradisi unik Jepang yang sangat populer di kalangan anak-anak dan dewasa. Permainan ini menuntut kecepatan, keahlian, dan strategi yang baik dalam melempar bola salju pada lawan. Yukigassen juga merupakan salah satu olahraga yang sedang populer di kalangan masyarakat Jepang, dan kini juga sudah dipertandingkan secara internasional.
Sejarah Yukigassen
Yukigassen pertama kali dimainkan di Pulau Hokkaido, Jepang pada tahun 1940-an. Saat itu, anak-anak yang tinggal di daerah yang sering turun salju menciptakan permainan untuk menghibur diri mereka sendiri. Permainan ini mulai menyebar ke daerah lain di Jepang pada tahun 1980-an dan akhirnya menjadi olahraga yang sangat populer di Jepang.
Pada tahun 1988, sebuah tim Yukigassen dari desa Sobetsu, Hokkaido memenangkan turnamen olahraga musim dingin di Lillehammer, Norwegia. Kemenangan ini membuat Yukigassen semakin populer di luar Jepang dan menjadi olahraga yang sering dipertandingkan di berbagai negara seperti Norwegia, Swedia, Finlandia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Cara Bermain Yukigassen
Yukigassen dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing tim terdiri dari tujuh orang pemain. Setiap tim diberikan waktu untuk mempersiapkan bola salju sebanyak 90 buah dalam waktu 15 menit sebelum pertandingan dimulai. Bola salju harus dibuat dengan tangan tanpa bantuan alat apapun.
Pertandingan dimulai dengan melemparkan bola salju ke arah lawan dengan tujuan untuk mengenai pemain lawan. Pemain yang terkena bola salju dianggap gugur dan harus keluar dari lapangan. Tim yang berhasil mengeliminasi semua pemain lawan adalah pemenangnya.
Selain mengeliminasi pemain lawan, tim juga dapat memenangkan pertandingan dengan cara mengumpulkan bola salju yang telah disiapkan lawan. Setiap tim diberikan 90 bola salju dan bola salju yang telah diambil dari lawan akan dikumpulkan dan digunakan kembali.
Perlengkapan dan Persiapan yang Dibutuhkan
Untuk bermain Yukigassen, dibutuhkan beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan sebelum pertandingan dimulai. Setiap pemain harus memakai helm dan kacamata pelindung untuk melindungi kepala dan mata dari bola salju yang terkena. Pemain juga harus memakai sarung tangan yang tebal untuk melindungi tangan dari salju yang dingin dan tajam.
Selain perlengkapan tersebut, dibutuhkan juga lapangan yang terdiri dari dua zona dengan jarak 12 meter di antara keduanya. Lapangan harus dibuat dengan salju yang padat dan bebas dari benda-benda keras seperti batu atau kayu yang dapat membahayakan pemain.
Yukidaruma
Selama musim dingin, banyak kegiatan yang dilakukan oleh warga Jepang untuk menyambut musim dingin ini, salah satunya adalah membuat boneka salju. Namun, tidak hanya boneka salju biasa yang sering kita lihat, di Jepang terdapat boneka salju yang memiliki arti yang sangat penting, yaitu Yukidaruma atau yang dikenal juga sebagai Boneka Daruma Salju.
Asal Usul Yukidaruma
Asal usul dari Yukidaruma berasal dari patung salju yang dibuat meniru boneka Daruma. Daruma sendiri merupakan boneka yang melambangkan nasib baik di Jepang. Boneka Daruma memiliki bentuk bulat dan matanya kosong, yang masing-masing melambangkan tujuan hidup yang belum tercapai dan keinginan untuk mencapainya. Orang-orang Jepang membeli boneka Daruma pada awal tahun dan menetapkan tujuan hidup mereka, kemudian menandai satu mata boneka Daruma dengan tinta hitam setelah tujuan tersebut tercapai. Kemudian, boneka Daruma ini dibakar pada akhir tahun sebagai simbolisasi pencapaian tujuan.
Dari kebiasaan tersebut, muncul ide untuk membuat patung salju dengan bentuk yang sama seperti boneka Daruma. Patung salju tersebut disebut sebagai Yukidaruma yang artinya adalah boneka Daruma salju. Patung salju Yukidaruma biasanya terbuat dari dua bola salju yang besar dan kecil, yang kemudian ditumpuk menjadi satu, menggambarkan kepala dan tubuh, tanpa lengan dan kaki. Hal ini karena pembuatan patung salju ini dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tangan sebagai alat untuk membentuk bola salju.
Namun, di Barat, boneka salju biasanya terdiri dari tiga bola salju yang melambangkan kepala, tubuh, dan kaki. Biasanya, ranting pohon atau sapu ditusukkan sebagai perlambang lengan. Perbedaan ini dikarenakan cara membuat patung salju yang berbeda antara Jepang dan Barat.
Bentuk dan Makna Yukidaruma
Seperti halnya boneka Daruma, Yukidaruma juga memiliki makna yang penting. Bentuk Yukidaruma yang bulat dan kosong pada bagian mata menggambarkan tujuan hidup yang belum tercapai dan keinginan untuk mencapainya, seperti halnya pada boneka Daruma. Oleh karena itu, Yukidaruma juga digunakan sebagai simbol untuk menetapkan tujuan hidup dan harapan untuk tahun yang baru.
Di beberapa daerah di Jepang, Yukidaruma dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang berbeda, seperti patung salju biasa yang dibuat dengan menggunakan air dan pasir. Namun, di daerah tertentu seperti di Gunma, Yukidaruma dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang alami seperti rumput dan daun kering, sehingga terlihat lebih unik dan menarik.
Yukiusagi
Yukiusagi atau boneka kelinci salju adalah salah satu bentuk patung salju yang populer di Jepang. Dibuat dari salju yang dikeraskan setengah bulatan, patung ini kemudian diberi mata dan telinga seperti kelinci dengan ukuran yang bervariasi antara 10 cm hingga 30 cm. Di musim dingin, patung-patung ini akan berjejer rapi di taman-taman dan tempat-tempat umum di seluruh Jepang.
Sejarah Yukiusagi
Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi pembuatan patung kelinci salju ini dimulai di Jepang, namun diyakini bahwa patung ini telah menjadi bagian dari kebudayaan Jepang selama berabad-abad. Menurut beberapa sumber, patung Yukiusagi berasal dari daerah Tohoku di Jepang Utara, yang terkenal dengan curah saljunya yang melimpah di musim dingin.
Pada awalnya, patung-patung kelinci salju ini hanya dibuat untuk tujuan hiburan semata, namun seiring berjalannya waktu, patung-patung ini menjadi bagian dari tradisi musiman di Jepang. Pembuatan Yukiusagi biasanya dilakukan bersama-sama dengan keluarga atau teman-teman, dan menjadi kegiatan yang menyenangkan di musim dingin.
Cara Membuat Yukiusagi
Untuk membuat Yukiusagi, pertama-tama salju harus digumpalkan dan ditekan dengan tangan hingga salju tersebut menjadi padat. Kemudian, salju harus dibentuk menjadi bola setengah bulatan dengan ukuran yang diinginkan. Setelah itu, patung salju tersebut diberi mata dan telinga yang terbuat dari daun nanten dan biji merah.
Di beberapa daerah, Yukiusagi dibuat dengan sedikit variasi, misalnya dengan menambahkan tali di leher kelinci atau memakai topi kecil. Beberapa orang juga membuat patung-patung kelinci salju yang lebih besar, dengan menggunakan beberapa bola salju dan menambahkan beberapa aksesori seperti sapu atau topi.
Makna Simbolis Yukiusagi
Di Jepang, patung-patung kelinci salju Yukiusagi dipandang sebagai simbol keberuntungan dan kesejahteraan di musim dingin. Di musim dingin, hidup menjadi sulit karena suhu yang dingin dan tekanan pekerjaan yang meningkat, namun patung kelinci salju ini dianggap dapat memberikan semangat dan kebahagiaan bagi orang-orang yang melihatnya.
Selain itu, patung-patung Yukiusagi juga sering dikaitkan dengan gambaran kelinci dalam kebudayaan Jepang. Dalam kebudayaan Jepang, kelinci sering dianggap sebagai lambang keberuntungan dan kesuburan, sehingga patung-patung kelinci salju ini menjadi lambang dari harapan dan impian orang-orang Jepang di musim dingin.
Kamakura
Asal usul Kamakura (rumah salju) berasal dari acara tradisional di daerah bersalju seperti Prefektur Akita, Prefektur Nigata, dan sebagainya. Acara tersebut biasanya dilakukan pada pertengahan bulan Februari atau tanggal 15 bulan Januari dalam penghitungan penanggalan lama. Pada acara tersebut, di dalam ruangan salju terbuat dari salju yang dikeraskan ini dibuat altar untuk berdoa kepada Dewa Air. Saat itu, anak-anak diberikan izin untuk tetap bangun hingga larut malam dan bermain dengan gembira di dalam Kamakura.
Cara Membuat Kamakura
Kamakura dibuat dengan cara menimbun dan menginjak salju sampai berbentuk silinder. Setelah itu, bagian dalamnya digali hingga membentuk sebuah ruangan yang berfungsi sebagai pintu masuk dan ruangan di dalam rumah. Saat ini, Kamakura sudah menjadi salah satu permainan salju yang menyenangkan bagi banyak orang di seluruh negeri Jepang.
Keunikan Kamakura
Keunikan Kamakura adalah rumah salju yang terbuat dari salju yang dikeraskan dengan ukuran yang bervariasi. Kamakura biasanya dibuat dengan ukuran tinggi sekitar 1-2 meter dan diameter sekitar 2-3 meter. Kamakura juga memiliki tempat untuk memasak, yaitu lubang kecil yang dibuat dengan menimbun dan menginjak salju.
Cara Merayakan Kamakura
Kamakura dapat dijadikan sebagai tempat bermain, berkumpul, dan merayakan musim dingin bersama keluarga dan teman-teman. Saat berkunjung ke Kamakura, kita bisa merasakan kehangatan tubuh saat duduk di dalam rumah salju tersebut. Beberapa orang juga melakukan kegiatan unik di Kamakura, seperti memasak di dalam Kamakura, bermain kartu, dan menceritakan cerita hantu.
Perkembangan Kamakura
Saat ini, Kamakura telah menjadi sebuah tradisi musim dingin yang diwarisi dari generasi ke generasi dan masih dilakukan oleh masyarakat di Jepang. Kamakura juga telah berkembang menjadi sebuah kegiatan wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan asing. Tidak hanya itu, Kamakura juga menjadi salah satu ikon budaya musim dingin di Jepang dan dikenal sebagai salah satu bentuk seni rakyat yang unik.