Janken

Janken

Permainan Janken

Permainan Janken ini dilakukan oleh minimal 2 peserta. Dengan menyerukan ” Jan, Ken, Pon ” , pada saat seruan “pon” diteriakkan, para peserta mengulurkan jari-jari tangannya yang sudah dibentuk secara khusus untuk permainan ini, yaitu 3 jenis ; GU= melambangkan batu, bentuk tangan seperti terkepal, lalu CHOKI = melambangkan gunting, telunjuk dan jari tengah membentuk seperti huruf V. Terakhir PA = melambangkan kertas, seluruh jari-jari diluruskan seolah-olah memperlihatkan telapak tangan. Gu menang terhadap Choki, tetapi kalah terhadap Pa (karena batu tidak bisa digunting, jadi ia lebih kuat daripada gunting, sebaliknya, batu bisa dibungkus oleh kertas, sehingga ia kalah kepada kertas. Begitu pula sebaliknya). Choki menang terhadap Pa, tetapi kalah oleh Gu. Sementara Pa menang terhadap Gu, tapi kalah terhadap Choki.

Apabila pemenangnya belum bisa ditentukan, maka permainan janken ini diulang kembali dengan meneriakkan kata-kata seperti “aiko”, dilanjutkan dengan “ai…kode…sho”, dan bersamaan dengan teriakkan “sho”, tangan para peserta yang sudah dibentuk salah satu dari 3 jenis benda tadi kembali disorongkan ke depan. Begitulah seterusnya sampai pemenangnya bisa ditentukan.

Janken ini lebih merupakan cara mudah untuk menentukan sesuatu dalam waktu singkat tanpa memakai benda apapun, daripada sebagai suatu permainan, dan banyak dipakai sebagai cara untuk menentukan giliran. Permainan yang berasal dari janken dan populer di kalangan anak-anak adalah (achi muite hoi = lihat ke sana hei). Pesertanya 2 orang, lalu melakukan janken secara berhadapan. Pemenangnya lalu menyerukan (achi muite hoi = palingkan wajah ke sana, hei) sambil menunjuk ke arah atas atau bawah atau kiri atau kanan di depan wajah lawannya.

Sang lawan harus memalingkan wajahnya berlawanan dengan arah yang ditunjuk si pemenang, apabila ia memalingkan wajahnya ke arah yang sama, maka ia dianggap menjadi kalah total. Apabila arah wajah tidak sama dengan arah tangan, maka kekalahan janken dianggap batal dan permainan janken kembali dilanjutkan sampai ada penentuan menang kalahnya.

Jadi dalam peraturan ini terlihat bahwa, pertama-tama bila tidak menang dalam janken dulu, maka tidak bisa menang pula dalam “achi muite hoi”. Sebaliknya, bila dari pertama janken terus menjadi pemenang, maka tidak akan pernah kalah dalam “achi muite hoi”. Dengan demikian, maka untuk pasti menjadi pemenang dalam “achi muite hoi” adalah sederhana saja, yaitu dengan menang dalam janken. Tetapi untuk terus menang dalam janken, tentunya bukan hal yang mudah.