Honyaku Tsuyaku

Honyaku Tsuyaku Penerjemahan Bahasa Jepang

Suatu karya tulis bahasa asing tidak akan dapat kita nikmati apabila kita tidak menguasai bahasa asing tersebut kecuali bila telah dialihbahasakan ke dalam bahasa yang kita kuasai. Pengalihan bahasa inilah yang disebut penerjemahan.

Dalam bahasa Jepang kegiatan penerjemahan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu terjemahan lisan disebutĀ  tsuyaku dan terjemahan tulisan disebut honyaku.

Tsuyaku adalah menerjemahkan bahasa dua belah pihak dan perantara pembicaraan yang terjadi di antara orang yang tidak dapat menyampaikan maksud bahasa yang saling berbeda. ( Kadokawa Shinkokugo Jiten: 1162 )

Pada penerjemahan lisan seorang penterjemah dituntut untuk terampil mengalihkan bahasa dan ujaran secara langsung cepat dan tepat tanpa diberikan kesempatan untuk memperbaiki unsur-unsur bahasa dan ujaran yang salah atau yang tidak tepat padanan terjemahannya.

Seorang penterjemah lisan harus berkemampuan untuk berbicara dengan lancar dan fasih serta berpengetahuan luas dan mampu menafsirkan apa yang diujarkan oleh penutur dan kemudian diterjemahkan.

Sedangkan yang dimaksud dengan terjemahan tulisan atau honyaku adalah merubah suatu bahasa menjadi bahasa lain.( Kadokawa Shinkoku Jiten : 1165 )

Terjemahan tulisan ini merupakan terjemahan terhadap teks atau naskah. Pada penerjemahan tulisan ini penterjemah masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki kembali unsur-unsur bahasa yang salah atau menurut anggapannya kurang tepat padanan katanya.

Kesalahan yang terjadi pada hasil terjemahan tulisan ini dapat ditekan seminimal mungkin. Seorang penterjemah tulisan masih dapat melihat buku ataupun berdiskusi dengan seorang ahli yang benar-benar menguasai bahasa sumber tersebutĀ  jika ada bagian yang tidak diketahui.

Penerjemahan sangat penting demi proses tukar menukar informasi dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak akan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknonogi.

Kebutuhan penerjemahan bukanlah suatu tanda keterbelakangan, akan tetapi sebagai tanda keterbukaan, tanda kegiatan ikut serta dalam tukar menukar informasi. Dengan usaha itu suatu bangsa dapat sejajar dengan bangsa lain dalam menciptakan masyarakat dan kebudayaan dunia yang lebih seimbang dan teratur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *